Langka Tapi Nyata, Kenapa Uang Receh Sekarang Semakin Langka
Mungkin bisa dibilang ini tulisan lanjutan yang membahas persoalan kenapa sekarang sepertinya semakin langka dan sulitnya memiliki uang jumlah kecil 'recehan' sebagai penukaran uang yang sah jual beli disini.
Sebagai anak bangsa yang peduli dan cinta mata uang sendiri saya tentunya mengkoleksi uang Rupiah, begitu juga dengan warung-warung atau pedagang asongan gerobak di taman depan rumah saya. Setiap sore taman dipenuhi anak-anak bermain dan seperti tanpa di perintah para pedagang asongan pikulan hingga gerobakkan berjejer rapih menanti pembeli.
Selintas saya amati dari kejauhan seorang ibu dan anaknya membeli ikta rambut dan tidak jadi kemudian anaknya menangis, dan seorang ibu lagi bersama anaknya menggerutu sambil berjalan menuju lapangan.
Saya tanya; "Kenapa, bu?"
"Itu si abang odong-odong bilang gak ada uang kembalian, lah anak saya minta udahan, masa disuruh tetap naik biar impas"
"Kok abangnya gak nukerin ke sesama pedagang?", tanya saya lagi
"Nggak tau tuh, cuma dibilangnya nggak ada"
Dua contoh ilustrasi diatas 'salah satu' contoh di masyarakat sehari-hari. Lalu di lokasi yang sedikit lebih tinggi ketika belanja di minimarket atau supermarket terkadang di temukan kelangkaan uang recehan 50, 100, 1000 dan 2000an.
Kenapa ini bisa terjadi, apakah hanya di level sosial bawah saja yang merasakan fenomena langkanya uang recehan?
Kalau menilik dari aturan pemerintah, sebenranya pemerintah sudah menerapkan aturan menerbitkan uang sudah demgan rumus terbaiknya, yang artinya jumlah uang yang di edarkan sudah sangat cukup memenuhi kebutuham masyarakatnya bahkan inflasi di negeri sendiri sangat dihindari. Tapi kenapa seolah-olah perhiyungan dan rumusan pemerintah berkesan meleset? Yup, fenomena uang recehan di masyarakat kini langka dan semakin langka.
Nah, berdasarkan opini pribadi saya menilai secara umum adalah karena pertumbuhan manusia yang jimlahnya tak terdeteksi oleh pemerintah, sebaran masyarakat di beberapa pulau menjadi 'salah satu' perputaran uang receh berkesan langka.
"Di perbatasan sendiri, jika seandainya di perbatasan tidak tersedia rupiah yang cukup,dan denominasi yang cukup, tentu akan sulit. Makanya, BI hadir di sini untuk memenuhi kebutuhan uang rupiah masyarakat di Kalimantan Utara," kata Agus di Tarakan, Kalimantan Utara, Sabtu (29/7/2017) pagi. Tkp.
Baca juga:
Tapi ada hal lain yang bisa di tilik lebih dalam seperti diantaranya adalah karena beberapa faktor dibawah ini:
Tumbuh pesat dan menjamurnya tempat usaha
Kok bisa? Bukankah seharusnya justeru uang mengalir cepat di poin ini. Tapi menurut analisa saya adalah ketika usaha mereka sepi maka ketersediaan uang receh mereka tidak berjalan sebagaimana semestinya. Akibatnya uang recehan tertahan. Katakan satu minimarket atau warung sedang menyimpan 100 ribuan uang recehan nah kalau di kali satu propinsi berapa ratus juta uang tertahan di laci kasir?
Parkir
Sebenarnya ini mirip-mirip dengan poin diatas. Yang membedakan hanyalah jenis usaha dan model operasionalnya saja yang beda. Uang tertahan 'anteng' di laci pos pembayaran parkir atau di kantong petugas parkir.
Celengan
Membeli motor sport hasil tabungan uang receh, berapa tahun uang receh tertahan dalam tabungan?
Di zaman modern ini masih ada masyarakat yang menyimpan uangnya dengan cara menabung di celengan. Tidak ada yang salah sih sebenarnya, tapi perilaku masyarakat terkadang menabung dengan uang recehan, biasanya uang pecahan 50,100, 500, dan 100 Rupiah. Bisa dibayangkan, kalau setiap orang menabung uang pecahan recehan dan akan dibuka setelah penuh. Nah, kalau satu orang membuka celengan setelah setahun yang jumlahnya mungkin 500.000 hingga sejuta di kali sekian ribu orang dikalikan setahun, berapa ratus juta uang pecahan recehan tertahan disini?
Rusak
Sebagai benda berharga karena bernilai maka wajib setiap warganegara merawat dan menjaga agar setiap uang yang kita pegang dirawat baik-baik. Uang yang teah rusak entah karena faktor tertentu, di rusak dengan tujuan meleburnya kembali menjadi penyumbang semakin langkanya uang recehan tadi.
Karena faktor X
Namanya uang tentu sifatnya selalu bergerak dinamis, pindah dari tangan satu ketangan lainnya, entah akan berakhir dimana. Yang jelas beberapa hal yang jadi penyebab uang receh menjadi langka, mungkin termasuk uang lainnya adalah mungkin terbakar, sobek, dimakan rayap, hilang hanyut dan lain sebagainya bisa menjadi penyebabnya.
Jual-beli uang
Sebenarnya tidak terlalu berpengaruh besar dampaknya. Tapi ini tetap salah satu penyumbang langka atau sulitnya uang recehan di dapat. Penjual uang recehan dengan sengaja menyimpan dan memperjual belikan dengan mengambil keuntungan atau memotong nilai uang tukarannya, padahal ini dilarang dan tidak sah dalam hukum agama. Dampaknya akan berpengaruh signifikan di momen hari besar seperti lebaran.
Salah satu dampak uang receh semakin langka
Menurut pengamatan saya ada dua hal akibat sulitnya uang recehan di masyarakat bawah, yakni:
1. Terjadi persaingan harga yang tidak sehat
Misalkan toko A menjual harga sesuai dengan hukum jual-beli, mengambil untung tidak boleh lebih dari 100%,maka dia menjual Rp13.900
Toko B menjual dengan harga suka-suka, dengan barang dan modal yang sama dia menjual Rp14.000
Nah, pembeli tahunya toko A lebih murah tapi akan menjadi mahal manakala penjual tidak memiliki uang kembalian 100 perak, dan toko B sadar dan melakukan pembulatan dan pada akhirnya orang akan menilai toko B lebih murah padahal kalau pembeli tahu toko B justeru lebih mahal dan meraup untung lebih besar.
Bagiamana menurut dan pendapat kalian? Gara-gara sulit uang receh cara jual-beli jadi ribet,kan?
2. Nggak mau repot
Karena tidak atau belum begitu memahami arti hak dan kewajiban jual beli maka dengan dasar nggak mau repot ada tipe pembeli yang dengan mudah memberikan uang kembaliannya diberikan begitu saja, padahal secara hukum namanya jual beli uang kembalian secara fisik harus diberikan dulu ke pembeli yang menjadi haknya, barulah penjual menerima uang kembalian tersebut jika pembeli mengembalikannya. Bukan dengan cara lisan, kasir bilang "Uang kembaliannya di sumbangkan saja ya, pak" secara hukum dagang menurut saya ini belum sah.
3. Atas dasar ikhlash
Yah ini sih kembali ke diri masing-masing saja, tidak ada yang salah. Yang salah menurut saya adalah jika pedagang curang dengan sengaja memberikan harga bandrol ganjil dan dengan sengaja pula tidak menyediakan uang recehan. Misalkan harga sebuah shampoo adalah Rp 19.950, karena uang 50 semakin langka maka biasnaya pembeli mengiklashkan saja. Tapi sadarkah wahai pembeli yang budiman, 50 rupiah adalh hak anda dan jika anda mengiklashkan maka pejual akan mengumpulkan 50 rupiah tadi selama setahun di kali ribuan pembeli yang melepas begitu saja uang 50 rupiah tadi, ebrapa puluh juta penjual meraup atau mencuri halus uang anda?
Maka tidak ada salahnya seperti prinsip dagang orang China, uang Rp 5 rupiahpun akan mereka hitung, karena dengan uang segitu akan membereskan pembukuan dan perputaran uangnya kembali sehat. Tapi kalau emang anda ikhlash, ya sudahlah poin ini tidak berlaku bagi anda. Tapi cara-jual beli ini sangat tidak diperkenankan.
Dari poin-poin diatas saya sebutkan mungkin menjadi salah-satu penyebab kenapa uang receh semakin langka. Pertanyaannya sekarang adalah apakah pemerintah yang berwenang sadar dengan hal-hal diatas, terutama jumlah kelahiran yang tak 'terdeteksi' ini. Semoga ini menjadi sala satu masukan dan pemerintah mungkin mempermudah jalur distribusi uang kecil berjalan lancar, tidak tertahan oleh oknum tertentu. Pemerintah harus memikirkan arus dan perputaran uang recehan harus menjamin lancar terutama di masyarakat bawah yang sehari-hari membutuhkannya. Demikian, salah dan kurangnya saya minta maaf, jika salah atau kurang mungkin karena keterbatasan saya mengenai topik ini, ini sekedar opini pribadi saja. Terimakasih.
Post a Comment