Terimakasih Masa Kecilku, Aku Bahagia Hingga Kini
Tiada kata penyesalan ketika usia kita masihlah anak-anak, lebih tepatnya seukuran anak-anak yang sedang nakal-nakalnya. Saya, kamu dan mereka pastinya ingin kembali ke masa kecil yang bahagia dan dimanja, andaikan saja bisa.
Sebagai anak-anak tentunya kita tak ingin dikekang, penuh rasa ingin tahu, sok jagoan bagi laki-laki, begitu feminimnya bagi anak perempuan. Kehidupan ketika kita masih anak-anak tentu penuh dengan warna, warna yang indah berbunga-bunga, khasnya anak-anak. Lalu kenapa yah setiap orang kalau ditanya bahkan tanpa ditanyapun ingin rasanya bisa kembali menjadi anak-anak lagi.
Beberapa alasan yang membuat kita semakin rindu dan ingin kembali merasakan keseruan menjadi anak-anak adalah kepolosan dan ketidak tahuan lah yang membuat hidup kita sewaktu anak-anak begitu berwarna dan pada akhirnya meninggalkan kesan yang mendalam. Semua serasa tanpa batas dan tiada berpura-bura, semua apa adanya, kalau tidak keturutan yah paling cuma ngambek atau menangis, berbeda ketika kita sudah tidak jadi anak-anak lagi, kenapa semua seperti serba terburu-buru, kenapa semua seperti penuh kepalsuan? Bukankah seharusnya ketika kita semakin dewasa kepura-puraan dan kepalsuan tak perlu ada? Hidup jadi orang lain, hidup pakai topeng?
Capek dweeh!
Meski kita sadar dan ingin seperti anak-anak yang polos tiada prasangka dan tuntutan hidup tapi kenapa seperti ada ganjalan ada dinding untuk melakukannya? Rasa gengsi kah, yang menyelimuti alam fikiran kita? Semestinya kan kita bisa melewati itu semua seperti zaman kita masih anak-anak, yah tentunya dengan cara menyesuaikan dengan tingkat kedewasaan kita. Tidak mungkin umur 30 an harus berperilaku seperti bocah umur 7 tahun!
Teringat dengan petikan kalimat kawan saya dulu ketika kami berbincang di teras masjid kampus kami tercinta; "Menjadi dewasa adalah menuju keterbatasan hidup dan memanfaatkan umur sebaik-baiknya."
Setelah lama waktu kemudian saya mulai merenungkannya makna dari kalimat tersebut. "Kenapa harus memiliki keterbatasan?, padahal seharusnya semakin dewasa kita semakin berakal dan bisa mencari solusi?" Tapi kalimat ini terpatahkan sendiri oleh saya karena kenyataannya adalah keterbatasan ini bermakna semakin kita banyak ilmu dan banyak tahu maka semakin kecil dan kerdillah kita di mata Tuhan. Duh begitu dalam makna kalimat itu.
Lalu bagaimana dengan kalimat ke berikutnya?, lagi-lagi terpatahkan oleh saya sendiri juga, memanfaatkan umur sebaik-baiknya. Lalu apa hubungannya dengan masa kanak-kanak? Kita pasti ingat dengan sebuah pepatah : Pengalaman adalah Guru terbaik, jreng, mulai terbuka lagi jalan fikiran saya bahwa memaknai umur sebaik-baiknya adalah sebuah hadiah dan anugrah dari Tuhan yang tak terhitung nilainya. Masa kanak-kanak kita begitu 'emas' dan di usia kita yang telah dewasa kita perlu lebih bijak lagi menghargai apa yang disebut dengan umur dan waktu. Jangan sia-siakan umurmu dengan hal yang tak perlu, jadilah dirimu penuh manfaat bagi dirisendiri dan orang lain demi bekal hidup ke yang dua kelak.
Terimakasih masa kanak-kanakku, engkau telah melengkapi kebahagiaanku untuk siap melangkah lebih jauh lagi. Semoga kita kelak menjadi manusia yang selalu beruntung, Aamiin ya rabbal'alamin.
Artikel ini terbit juga di: Kaskus
Sebagai anak-anak tentunya kita tak ingin dikekang, penuh rasa ingin tahu, sok jagoan bagi laki-laki, begitu feminimnya bagi anak perempuan. Kehidupan ketika kita masih anak-anak tentu penuh dengan warna, warna yang indah berbunga-bunga, khasnya anak-anak. Lalu kenapa yah setiap orang kalau ditanya bahkan tanpa ditanyapun ingin rasanya bisa kembali menjadi anak-anak lagi.
Beberapa alasan yang membuat kita semakin rindu dan ingin kembali merasakan keseruan menjadi anak-anak adalah kepolosan dan ketidak tahuan lah yang membuat hidup kita sewaktu anak-anak begitu berwarna dan pada akhirnya meninggalkan kesan yang mendalam. Semua serasa tanpa batas dan tiada berpura-bura, semua apa adanya, kalau tidak keturutan yah paling cuma ngambek atau menangis, berbeda ketika kita sudah tidak jadi anak-anak lagi, kenapa semua seperti serba terburu-buru, kenapa semua seperti penuh kepalsuan? Bukankah seharusnya ketika kita semakin dewasa kepura-puraan dan kepalsuan tak perlu ada? Hidup jadi orang lain, hidup pakai topeng?
Capek dweeh!
Meski kita sadar dan ingin seperti anak-anak yang polos tiada prasangka dan tuntutan hidup tapi kenapa seperti ada ganjalan ada dinding untuk melakukannya? Rasa gengsi kah, yang menyelimuti alam fikiran kita? Semestinya kan kita bisa melewati itu semua seperti zaman kita masih anak-anak, yah tentunya dengan cara menyesuaikan dengan tingkat kedewasaan kita. Tidak mungkin umur 30 an harus berperilaku seperti bocah umur 7 tahun!
Teringat dengan petikan kalimat kawan saya dulu ketika kami berbincang di teras masjid kampus kami tercinta; "Menjadi dewasa adalah menuju keterbatasan hidup dan memanfaatkan umur sebaik-baiknya."
Setelah lama waktu kemudian saya mulai merenungkannya makna dari kalimat tersebut. "Kenapa harus memiliki keterbatasan?, padahal seharusnya semakin dewasa kita semakin berakal dan bisa mencari solusi?" Tapi kalimat ini terpatahkan sendiri oleh saya karena kenyataannya adalah keterbatasan ini bermakna semakin kita banyak ilmu dan banyak tahu maka semakin kecil dan kerdillah kita di mata Tuhan. Duh begitu dalam makna kalimat itu.
Lalu bagaimana dengan kalimat ke berikutnya?, lagi-lagi terpatahkan oleh saya sendiri juga, memanfaatkan umur sebaik-baiknya. Lalu apa hubungannya dengan masa kanak-kanak? Kita pasti ingat dengan sebuah pepatah : Pengalaman adalah Guru terbaik, jreng, mulai terbuka lagi jalan fikiran saya bahwa memaknai umur sebaik-baiknya adalah sebuah hadiah dan anugrah dari Tuhan yang tak terhitung nilainya. Masa kanak-kanak kita begitu 'emas' dan di usia kita yang telah dewasa kita perlu lebih bijak lagi menghargai apa yang disebut dengan umur dan waktu. Jangan sia-siakan umurmu dengan hal yang tak perlu, jadilah dirimu penuh manfaat bagi dirisendiri dan orang lain demi bekal hidup ke yang dua kelak.
Terimakasih masa kanak-kanakku, engkau telah melengkapi kebahagiaanku untuk siap melangkah lebih jauh lagi. Semoga kita kelak menjadi manusia yang selalu beruntung, Aamiin ya rabbal'alamin.
Artikel ini terbit juga di: Kaskus
Post a Comment