Sensasi Naik Bajaj 'Merah' yang Mulai Langka
Hiruk-pikuknya kota Jakarta tak lepas dari kendaraan seperti halnya Bajaj si roda tiga yang turut menyemarakkan jalan-jalan pinggiran kota hingga keperkampungan warga. Tapi tahukah kamu kalau keberadaan Bajaj 'Merah' si bajuri kini keberadaannya semakin langka?
Pintu Bajaj yang ukurannya mini ini menjadi langkah awal saya untuk menumpang si kendaraan yang menjadi idola masyarakat menengah bawah. Seperti biasa, begitu pintu dibuka dengan body kaleng yang kasar dan slot pintu yang apa adanya kami melaju menuju arah Melawai.
Bajaj Merah,
Di jauhi tapi tetap di Cari
Keseruan pun dimulai, sang supir mulai start dan tancap gas.
Dan mulailah terjadi percakapan saya dengan si abang Bajaj.
"Bang pelan-pelan aja!"
"Nanti nggak takut telat mas?"
"Nggak bang, saya emang mau menikmati naik bajaj ini",
"Ya", jawab si abang.
"Katanya bajaj merah mau di tarik, bang?"
"Di tarik sih, cuma nanti di tuker sama yang lebih baru," katanya
"Tapi rugi, mas" lanjut si supir
"Kenapa?"
"Yah, masa dua Bajaj baru cuma bisa nebus satu bajaj baru,
masih harus bayar sisanya juga lagi"
"Wah, ya rugi dong yah, dua Bajaj di tuker dapetnya cuma satu" kata ane.
"Habis udah gitu aturannya dari sana,
saya mah cuma supir, yang pusing tuh boss yang punya Bajaj ini,
tapi saya juga ikut pusing"
"Kenapa abang kok ikutan pusing?"
"Ya, soal setoran jadi lebih tinggi,
tapi yang bikin males kalau mau isi gas nya jauh".
"Katanya bisa diganti bensin?" kata ane
"Iya, ada sih yang di modif gitu, tapi si bos nggak mau keluar duid,
belom balik modal".
"Wah trus gimana kalau kehabisan gas di jalan?"
"Paling bawa serepan tabung gas,
tapi tetep aja saya harus isi yang tempatnya jauh".
"Lah, trus bajaj lama nanti di kemanain?"
"Katanya sih di kiloin"
"Bisa kaya dong bang yang kiloin, haha" kata ane.
Baru dua belokkan perjalanan, tiba-tiba si Bajaj merah melewati polisi tidur,
"Gedubrak!" suara yang nggak asing terdengar dari belakang,
saya sih sebenarnya udah nggak asing, karena biasanya si supir Bajaj suka naruh barang-barang dibelakang.
"Suara apa'an tuh"
"Kayu mas, kayu buat ganjel ganti ban"
"Hahaha, dongkrak antik ya!" kata ane ketawa
"Hehe" si supir cuma nyengir kuda, keliatan dari spion kirinya. Hehe.
Sampai di pertigaan Brawijaya ke arah
Melawai si abang langsung belok.
"Syuut!"
Oh-eM-Ge!, ini nih satu gerakkan yang paling di luar dugaan,
belok tanpa ancang-ancang, jangankan ada spidometernya,
tanda lampu sein di speedometernya aja nggak ada.
"Hanya Tuhan dan si supir Bajaj yang tahu",
sepertinya memang benar untuk urusan belok-membelok.
Urusan belok gini mungkin bagi warga Jakarta sudah paham benar dan sering membuat orang terkaget-kaget, dan ini cuma bisa di saingi oleh emak-emak sewaktu naik motor, ngeri-ngeri sedaaap gerakannya hehe.
Masih duduk di dalam dengan kondisi jok kulit seadanya yang mulai licin dan sangat 'amat' keras, ane duduk sambil mencari pegangan. Saya kemudian melihat sekeliling kondisi bajaj. Terpal yang hitam mulai membuluk dan di jahit seadanya, bau khas bahan bakar si bajaj Merah tercium dengan jelas, dan ane harus maklum dengan kondisi ini.
"Bang kenapa sih suara knalpotnya bising banget"
"Mesin bajaj model gini sekarang banyak di modif mas,
pakai mesin RK King, itu juga susah nyarinya"
"Kok di ganti?"
"Yah buat ngimbangin larinya,
biar los, otomatis suara knalpotnya jadi berisik"
"Wah baru tahu saya bang kalau mesin bajaj bisa diganti pakai mesin motor King"
"Knalpot berisik juga biar jadi penanda kalau masuk gang-gang,
suka banyak anak-anak, biar pada minggir" lanjut si abang.
Jadi ternyata ini toh rahasia yang tak terungkap selama ini
kenapa suara bajaj suka berisik banget.
"Tapi kok ada yang berisik banget"
"Yah, itu tergantung yang modif kanlpotnya,
ada juga yang emang males ngerawatnya"
"Makanya suka banyak asep yah"
"Iya, kadang pakenya juga bensin oplosan,
maklum deh saingan makin banyak,
setoran kudu di dapet".
Sambil masih mencari berpegangan yang kokoh karena kuatir si bajaj gedubrak lagi, dan kondisi badan yang masih sedikit bergetar-getar karena shock barusan, dan jok yang kurang nyaman, ane sesekali menengok ke belakang.
"Tuh, bang kasihan yang dibelakang, pada ke asep-an"
"Iya abis mau gimana lagi, saya juga suka kesel sama motor
yang suka serobot jalan orang"
"Maksudnya, ini balas dendam gitu yah?"
"Nggak juga sih, cuma suka bikin kesel aja,
mobil juga suka nggak anggap keberadaan Bajaj,
udah di klakson suka nggak mau minggir, padahal saya harus ambil atau nurunin penumpang"
"Hm,.."
"Ini kenapa jalannya agak ndut-ndutan sih, bang?" tanya ane
"Belom service mas".
"Pastes, knalpot juga udah ngebul yah, hahaha"
"Haha, iya mas, belom sempet saya"
"Mas, turun mana?"
"Wah iya, tuh bang depan sebelah kiri jalan dekat ATM ABC".
"Siuttt,..."
Lagi-lagi si Bajaj belok semaunya dia.
Masih dengan suara khas dan asap mengepulnya ane pun turun
sambil membuka pintu kecil yang peemukaannya kasar dan berdenyit.
"Cieet"
Derit pintu Bajaj terdengar, mungkin sebagai tanda perpisahan ane, kah?
"Ni, Bang, makasih ya!",
Ane keluarin uang duapuluan ribu.
"Kembalinya, mas"
"Nggak usah bang, saya belum tentu bisa naik Bajaj merah ini lagi, kan mau ditarik".
"Ok".
Jawab abangnya, dan langsung ngacir ambil kanan jalan.
Dari belakang ane perhatikan si Bajaj berlalu menjauh dan segera meninggalkan ane.
Hm, memang akan ada saatnya kemajuan zaman ikut menggantikan keberadaan sesuatu, termasuk si Bajaj merah ini yang tanpa terasa mungkin sudah tiga puluan tahun
menemani dan hadir di kehidupan ane.
Selamat tinggal Bajaj Merah, mungkin kelak anak cucukku hanya bisa melihat versi replika mu di museum saja.
Beberapa info mengenai nasib Bajaj merah di media lokal:
Sejauh ini, dari total 14.900 seluruh bajaj yang ada, sekitar 13.000 di antaranya aktif beroperasi.
Sekitar 300 di antaranya belum beralih ke BBG alias masih bajaj merah.
“Sekarang masih ada 300 bajaj merah yang harus beralih ke bajaj biru.
Kita berproses betul-betul tahun 2017 seluruh bajaj yang ada di Jakarta harus berbahan bakar gas,” kata Kepala Dinas Perhubungan dan Transportasi (Dishubtrans) DKI Jakarta Andri Yansyah di Balai Kota, Rabu (28/12).
Wakil Kepala Dishubtrans Sigit Widjatmoko menjelaskan bajaj merah yang saat ini tinggal 300
yang rata-rata bodong alias tidak memiliki surat-surat. Hal ini diberlakukan menimbang faktor keselamatan
penumpang karena usia bajaj merah telah melebihi ketentuan.
Terlebih, bajaj merah menggunakan bensin campuran yang menyebabkan polusi.
“Bajaj merah masih dua tak, bahan bakarnya oli dan bensin,” tandas Sigit.
Sigit menjelaskan, untuk pengajuan scrapping bajaj surat harus diterima Dishubtrans paling lambat 31 Desember 2016. Hal itu pun sudah disampaikan melalui Organisasi Angkatan Darat (Organda). Jika ditemui bajaj merah beroperasi 2017, nantinya petugas Dishubtrans yang akan menertibkan.
“Akan kita tertibkan kalau masih ada bajaj warna merah,” katanya.
Pelaksana tugas (Plt) Gubernur DKI Sumarsono menerangkan Pemprov DKI belum secara intens berkoordinasi dengan para pengusaha bajaj. Ia menegaskan kerjasama akan saling menguntungkan tanpa harus merugikan para supir yang mayoritas rakyat kecil.
“Modernisasi tidak boleh menyingkirkan mereka yang kecil. Pembangunan juga harus melindungi yang kecil dan mendorong yang besar. Harus ada keseimbangan,” imbuh Sumarsono.
Menurut dia tidak ada istilah menggulung tikarkan para pengusaha bajaj. "yang ada hanya penyesuaian atas desakan pembangunan yang lebih ramah lingkungan."
Sumur: mediaindonesia
Tulisan ini juga terbit di: Kaskus
Post a Comment