Sukses Itu Proses Dan Buah Dari Hasil Kesabaran (Like Father, Like Son)


Sukses Itu Proses Dan Buah Dari Hasil Kesabaran (Like Father, Like Son)

"Kalau anda lunak terhadap kehidupan, maka kehidupan akan keras terhadap anda., sebaliknya, kalau anda keras terhadap kehidupan, maka kehidupan akan lunak terhadap anda." - nn. Motivator -

Sebagai anak yang dilahirkan dari keturunan keluarga yang kental dengan adat Jawanya ane banyak sekali mendapatkan kisah inspiratif mengenai apa itu arti sukses dalam mengarungi kehidupan.

Iskrim memiliki darah jawa yang lahir di kota Jakarta namun Alhamdulillah suasana dan kehidupan keluarga kami masih memegang teguh adat Jawa, menghormati yang lebih tua, sopan santun dan mendahulukan konsep TRIDAYA yaitu Cipta, Rasa dan Karsa menjadi bagian dari hidup kami, terlebih lagi almarhum bapak iskrim dulunya memegang teguh ajaran kejawen yang kental akan budaya yang pada akhirnya semakin lestari dikeluarga kami.

"sepeda jengki
hadiah dari bapak"

Sukses Itu Proses Dan Buah Dari Hasil Kesabaran (Like Father, Like Son)

Bapak Harto, adalah nama almarhum bapak kami tercinta, kepala rumah tangga sekaligus panutan akan semangat dan ketegaran beliau dalam mengarungi dan mempertahankan hidup keluarga menjadi sosok panutan bagi kami dirumah. Tiada yang tak bisa bagi beliau, tiada kata menyerah bagi beliau demi keinginan istri dan anak-anaknya. Pernah suatu ketika kakaku saat itu baru lulus sekolah dasar dan ingin minta dibelikan sepeda dan saat itu kondisi keuangan orang tua kami kurang bagus. Padahal kami tahu bapak kami seharian harus bekerja sebagai buruh tani yang mulai kerja di tengah sawah selepas shalat Subuh hingga 12 siang, lalu di jam 16.00 setelah shalat Ashar kembali mengontrol sawah-sawah yang beliau kerjakan. Pagi hingga sore harus berkeringat membanting tulang demi memenuhi kebutuhan hidup keluarga kami.

"Pak, dulu bapak pernah janji kan
setelah Sri lulus bapak mau belikan sepeda"
kata kakaku.

Saat itu aku yang masih berumur 10 tahun, hanya bisa mendengar percakapan bapak dan kakakku. Malamnya bapaku sepertinya tak bisa tidur hingga aku yang masih dalam pelukan ibu ikut terbangun mendengar percakapan kedua orang tuaku.

"Ibu tahukan.. saat ini cuaca sedang tidak bagus, panen tahun ini sepertinya tidak sebaik tahun-tahun sebelumnya", "Tapi bapak sudah janji kan sama Sri untuk membelikannya sepeda" kata ibuku pelan "Iya, besok bapak tak coba cari kerja tambahan". "Tapi pak, kapan waktumu untuk istirahat?" "Doakan saja" jawab bapakku.

Esoknya setelah sore hari bapak pulang dari sawah yang biasanya masih bertemu dengan anak-anaknya tiba-tiba 'menghilang' dari pandangan kami."Bu, bapak mana, kok belum pulang" kataku, dan begitu seterusnya pertanyaanku hampir setiap hari kutujukan kepada ibuku.

Hingga suatu ketika aku mendengar pembicaraan dari tetangga melalui teman ibuku, bapakku kalau sore setelah dari sawah tidak langsung ke rumah tapi pergi ke pasar menjadi tukang parkir. Aku terhenyak mendengar kabar ini dan langsung berlari meninggalkan mainanku yang tadinya sedang asik bermain pasir dirumah tetangga dan segera menghampiri ibuku."Bu!", "Aku dengar dari ibunya Hariani katanya bapak kerja jadi tukang parkir?". "Itulah bapakmu, dia tak pernah mengenal lelah, apapun dia kerjakan demi memenuhi kebutuhan keluarganya" kata ibu lirih sambil mengusap ubun-ubunku.

Semenjak itu bapakku mulai pulang lebih larut malam, tadinya pulang jam 8 kini jadi sering jam 9 atau bahkan hingga jam 10 malam, aku jadi sering terbangun ketika suara derit pintu berbunyi saat itulah bapakku pulang dan pagi setelah shalat Subuh beliau sudah harus pergi ke sawah di tiga tempat yang berbeda. Aku perhatikan wajahnya tetap tersenyum tapi sepertinya menyimpan lelah serta kulitnya yang kian menghitam. Begitu seterusnya hingga menginjak bulan kedua.


"Kring..kring..kring".

Aku, kakak dan ibuku yang saat itu sedang duduk-duduk bercengkerama
di samping rumah mendengar suara yang sepertinya tak asing aku dengar.

"Bapaaaaak!"

Teriak kakaku melihat bapak berjalan sambil menuntun sepeda biru dengan keranjang depan bergambar kelinci. Aku ikut berlari mendekat ke arah bapakku.

"Paaak, sepeda ini untul Sri?"
"Iya, nak".

Tanpa sadar kami sekeluarga berebut memeluk bapaku.
Sempat aku melihat bapaku meneteskan air matanya dan menjatuhi pipiku.

"Bapak harus bekerja siang dan malam demi anak-anak bapak",
"Hanya ini yang bisa bapak lakukan agar kalian bahagia".

Kami terharu mendengar ucapakan beliau.
"Bapak telah sukses memenuhi janji bapak" kata ibuku.
"Sukses tidak harus dilihat secara materi
apalagi sukses diraih bukan dari keringat sendiri, bukan juga dengan riba".

Dari pelajaran hidup ini ane belajar dari beliau tentang makna sebuah kesuksesan. Masih teringat dan terngiang dalam ingatanku tentang satu hal;
"Kamu boleh sukses seperti apa yang kamu mau tapi ingat, raihlah sukses dengan caramu sendiri dan bukan atas keringat orang lain".

Sebelum menutup tulisan kali ini ane akan kirimkan surat AlFatihah
buat kebahagiaan beliau disana. AlFaatihah...

Sukses Itu Proses Dan Buah Dari Hasil Kesabaran (Like Father, Like Son)

Tulisan ini juga terbit di: Kaskus


2 comments:

  1. You can certainly see your skills in the work you write. The
    world hopes for more passionate writers such as you who
    are not afraid to mention how they believe. At all times follow your heart.

    ReplyDelete

Komen di blognya iskrim harus cerdas dan keren, no spam, no junk please!