Barisan Pemuja Rahasia, Tunggu Aku Di Masa Depan
Meski aku hidup di kalangan dan keluarga yang sederhana dan sedang-sedang saja tapi kami hidup sangat rukun dan bahagia, hampir setiap malam sepulang kerja jika ada kesempatan kami ngobrol dan membahas topik ringan sampai larut malam menyapa.
Suatu ketika pamanku bertanya:
"Krim, kenapa dirimu belum juga terlihat membawa seorang gadis
atau pacar ke rumah, paman ini melihatmu sudah tumbuh menjadi
seorang lelaki yang dewasa dan bertanggung jawab".
"Oh, adalah paman, tapi sepertinya belum saatnya saya 'pamerkan' sekarang,
memiliki pacar itu mudah, tapi memiliki pasangan hidup itu tak mudah, kan".
"Maaf paman, aku telah berjanji pada diriku sendiri,
suatu saat gadis yang aku ajak kerumah itulah pilihanku
yang benar-benar menjadi pasangan terbaik hidupku kelak" lanjutku.
"Good, kamu memang lelaki yang bertanggung jawab, tidak seperti anak zamana 'now' yang dengan mudahnya mengajak pasangan ke rumah atau sebaliknya, paman paham betul maksud kamu, paman bangga padamu",
"Terimakasih, paman". jawabku geger selangit.
Kemudian akupun pamit permisi untuk melanjutkan pekerjaan kantorku yang tertunda yang tadi kubawa pulang dan kutaruh di kamar adikku yang saat itu masih ikut terhanyut obrolan dengan saudaraku lainnya diruang keluarga. Kutinggalkan mereka sementara untuk kemudian menyiapkan laptop dan beberapa buku pekerjaan yang harus aku retouching ulang. Inilah rutinitasku ketika pekerjaan aku bawa pulang, hanyalah secangkir kopi, camilan kecil, beberapa lagu hasil donlot di kantor tadi siang dan siaran radio streaming, serta headset murah seharga seratus ribuan yang biasa menemani dan menghiburku disaat kerja hingga larut malam menjelang subuh.
Tapi, kenapa laptop saat itu terasa lamaaa sekali loadingnya, dan akibatnya fikiranku pun tetiba melayang dan terbayang beberapa nama gadis yang tersenyum yang pernah mengetuk isi hatiku. Gerakan loading Windows seolah-olah seperti memunculkan satu persatu nama Y*si, H*rni, Ai*a, Ami, Wi*n, Di*n, D*si..aah so sweet, sederet nama yang indah dalam kenang dan ingatanku. Akupun tertawa geli dan bangga dalam hati, ketika teringat ada satu nama diantara sederet nama tadi, kusebut saja dia Ami, yang seumur-umur hidup baru dia yang 'menembakku' tepat di depan ruangan kerjaku selepas pulang jam kerja, gila! fikirku, apakah aku bermimpi? Seorang sekretaris mengutarakan isi hatinya kepadaku? Dan besok seusai pulang kantor dia mengajakku untuk jalan dan makan? Serasa bermimpi aku, iskrim yang dari keluarga sederhana ini diminati seorang gadis oriental yang jelita dan kaya?, namun dalam kenyataannya memang demikian, dan ketika itu hubungan kami semua berjalan baik-baik saja, banyak perjalanan asmara kisah ku bersama 'Yoko Ami' yang kelak akan aku ceritakan terpisah di thread lain kemudian. 'Yoko Ami, Pemuja Rahasia dan Lelaki Cuek!", mungkin nanti akan kuberi judul seperti itu threadnya, hehe. Skip...,
Kemudian tanpa sadar aku sandarkan tubuh ini ke sofa yang tak lagi selembut ketika masih baru, hm, fikirankupun melayang, tatapan wajah ini menatap ke langit-langit yang kosong, rileks, tapi rasanya seperti mengingatkan akan sesuatu, yup, sebuah 'tatapan' mata lentik mereka yang dalam penuh arti namun lembut terhadapku, aku seperti lelaki bodoh, kenapa tidak kuambil saja kesempatan ini? Kenyataannya aku hanya bisa memendam perasaan dan kutampung di dalam relung hati ini. "Ah, pesona kalian benar-benar mengalihkan duniaku", fikirku sambil tersenyum kecil. Bersabarlah jiwa-jiwa dan hati yang bergejolak, fikirku berusaha menenangkan diri. Kutarik nafas sejenak dan kemudian kulepas perlahan.
Meski aku hanyalah pria biasa, cuek, nggak terlalu banyak omong, tinggi 175cm dengan berat ideal, wajah tak sehalus model iklan, berkulit coklat terang, berambut pendek, hanya bermodalkan hidung mancung, dan penyuka jajanan bakso ini tapi aku memiliki sikap dan mempunyai prinsip. Setelah sukses baru aku akan pinang gadis impianku. Y*si, H*rni, Ai*a, Wi*n, Di*n, D*si, mereka adalah barisan calon pendamping hidupku kelak, yang sepertinya Tuhan telah menunjukkan pilihan untukku. Mereka telah lama memperhatikannku, fikirku dalam hati, tinggal menunggu waktu yang tepat. "Jika memang jodohku pasti diantara mereka akan jadi milikku". "Biarkan aku menempa mimpi ini satupersatu, akan aku tunjukkan bahwa lelaki sederhana ini mampu mewujudkan mimpi-mimpi untuk persiapan dimasa depan. Baru kemudian dengan bangga aku akan datang dan menghadap orang tuamu untuk segera meminang salah satu diantara kalian.
"Sombong",
"Emang siapa, lo!"
kata iblis kecil berbisik di telinga kiriku.
Dalam hatiku berkata;
"Setiap orang bebas dan memilih mimpinya, yang terpenting adalah bukti, dan cerita ini memang asli bukanlah sebuah rekayasa", kataku membela. Si iblis ini terdiam, tubuh merahnya seketika memudar dan kemudian menghilang pergi entah kemana. Kisah impian inipun pada akhirnya harus kusimpan rapat-rapat lagi karena tetiba suara opening windows laptop menyadarkanku. Ah, sudahlah.
Tulisan ini terbit juga di: Kaskus
Post a Comment