Zaman Now, Mengaku Akrab Tapi Tak Peduli Di WhatsApp

Zaman Now, Mengaku Akrab Tapi Tak Peduli Di WhatsApp

Manusia di takdirkan Tuhan sebagai mahluk sosial yang artinya tergantung dengan orang lain. Perilaku dan kebutuhan untuk hidup tak mungkin dijalani sendiri saja, bahkan yang namanya berkomunikasi, sekedar menanyakan kabar dari jauh misalnya, kini dimudahkan dengan aplikasi populer semacam WhatsApp.

Kita sangat tahu, setiap orang memang memiliki privasinya masing-masing dan kita juga wajib menghargainya, tapi persoalan akan timbul manakala ketika hubungan komunikasi dua arah tidak berjalan dengan lancar, seperti apa?

Di kehidupan real life kita, komunikasi yang tidak baik saja membuat kita bertanya-tanya, bikin kesel, bahkan mungkin jengkel dan paling jeleknya menjadi fitnah, berujung terjadi pertengkaran bahkan permusuhan. Komunikasi yang baik kan seharusnya memang harus dua arah, dan berkelanjutan dengan obrolan yang sehat.

Zaman Now, Mengaku Akrab Tapi Tak Peduli Di WhatsApp


Kita patut bersyukur telah dilahirkan dan menikmati teknologi terkini, terutama hadirnya aplikasi 'ngobrol' sosial media seperti misalkan Facebook, Telegram, WhatsApp dan baaanyak lagi. Tapi dari sekian aplikasi tersebut WhatsApp kini begitu populer digunakan oleh segala lapisan masyarakat dan usia. Nah, salah satu fitur yang di miliki WhatsApp adalah fitur tanda centang yang memiliki arti tertentu Tanda centang dua biru berarti pesan telah dibaca dan si pengirim menunggu balasan, centang dua di terima tapi belum dibaca, centang satu sudah terkirim tapi belum ada reaksi apapun dari si penerima. Status pesan centang dua belom dibales seperti di gantung 'sakit tuh disini' rasanya, hehe.

Zaman Now, Mengaku Akrab Tapi Tak Peduli Di WhatsApp


Nah, berbicara 'centang-mencentang' yang terlihat sepele ini terkadang bagi seseorang sangat berarti, apalagi pesan yang dikirim meminta segera dibalas oleh penerima. Hal menjadi terlihat aneh manakala si penerima seolah-olah tidak ingin di ganggu atau seperti cuek dengan pesan kita, istilah sekarang dibilangnya di 'kacangin', pura-pura nggak tahu. Kita saja di dunia nyata jika bertanya sesuatu kepada lawan bicara yang duduk sebangku tapi tidak dijawab kita pasti akan bertanya-tanya, salah saya apa ya? Fikiran semakin bertanya-tanya jauh karena kita mengenal dekat dengannya, beda kalau tidak mengenalnya mungkin kita tak akan ambil pusing, tapi sedekat ini masa dia tidak mendengar, aneh kan?

Fitur 'centang-mencentang' di WhatsApp memang sangat menarik tapi menurut saya ini bisa 'menodai' komunikasi yang sehat bahkan bisa menimbulkan fitnah sesama teman. Bahkan diluar sana ada loh, aplikasi tambahan yang kesannya justeru mendukung fitur ini, seolah-olah menjadi terlihat keren, pesan terkirim hanya terlihat centang satu saja padahal status pesan sebenarnya sudah dibaca oleh si penerima, atau WhatsApp versi krack tersedia juga fitur semacam ini.

Memang sekali lagi ane ingatkan, privasi memang haknya setiap orang, tapi kita juga punya hak jawab atas pertanyaan kita. Lalu apa gunanya inti dari esensi komunikasi itu, padahal hadirnya WhatsApp di kehidupan kita untuk menjembatani komunikasi yang tak terjangkau oleh jarak dan waktu, sangat-sangat mempermudah kita berkomunikasi dan kita jadi mudah terhubung. Aplikasi yang sudah sangat-sangat mudah ini kenapa sekarang jadi dipersulit? Manusia memang suka aneh, hal-hal yang mudah akan dipersulit biar terlihat keren, tak ingin di ganggu dan berbagai alasan biar berkesan antimainstream, tulisan terkirim di buat terbalik dan hal mubazir lainnya mulai merasuki fitur-fitur aneh di WhatsApp.

Saya rasa kalau memang tak ingin di ganggu tapi tak ingin mengurangi rasa hormat dan perasaan si pengirim pesan cukup membalasnya; "ntar, lagi meeting" , "bentar bro, saya lagi nyetir", "zzzz (mau tidur)" toh cara membalas ini tak membutuhkan waktu yang lama dan pengirimpun merasa dihargai dan dihormati, atau paling mentok ya minimal centang dua 'biru' saja saya rasa sudah cukup. Kalau nggak mau repot yah sebenarnya dengan cara mengubah status WhatsApp juga bisa, tapi kecil kemungkinan jarang dibaca orang lain kecuali si pengirim benar-benar lagi kepooo!

Tapi kalau memang si penerima sifatnya tebang pilih dalam berteman saat berkomunikasi lebih baik tak usah instal WhatsApp saja atau di delete saja sekalian nomor si pengirim tadi, daripada menimbulkan fitnah? Hidup sudah semakin mudah kok dipersulit, kebanyakkan gaya lo!

Artikel ini terbit juga di: Kaskus



No comments

Komen di blognya iskrim harus cerdas dan keren, no spam, no junk please!