Fake News Awards, Bagaimana Dan Seperti Apa?
Pekan ini, Donald Trump Presiden Amerika yang kontroversial lagi-lagi membuat sesuatu yang tak biasa, bisa dibilang antimainstream, sebuah ajang penghargaan bagi para awak media dengan nama Fake News Awards, seperti apa?
Mungkin yang namanya pemberitaan di dunia khususnya di Indonesia mungkin justeru bakalan jadi juaranya karena banyaknya pemberitaan hoax dan suka 'ngerumpinya' ibu-ibu rumah tetangga. Begitu juga dengan di Amerika sana, presiden Donald Trump membuat ajang Fake News Awards ini karena merasa risih dengan pemberitaan yang rasanya nyaris tak pernah berakhir dan tidak ada kejelasan asal usul dan solusinya. Tujuan diadakannya Fake News Awards ini tak lain adalah agar si pembuat berita dan medianya lebih dikenal karena hal yang tak perlu.
Kabar dari GOP mengatakan beberapa pemberitaan yang beredar ada yang bias, tidak henti-hentinya, liputan berita tak senonoh, berita palsu/ hoax sekalipun beredar bebas dan luas dimasyarakat. Tidak tanggung-tanggung, berita dan media yang menyebarkan berita inipun pernah dilakukan oleh media besar dengan wartawan terkenal dan organisasi media yang mainstream, seperti calon penerima penghargaan media tertinggi Pulitzer Prize Thomas Frank, New York Times, dan Washington Post.
Semua pemenang penghargaan yang paling tidak pantas ini (karena menyebarkan berita tak jelas) agar menjadi pertimbangan dan koreksi kesalahan mereka sebelum membuat dan sesudah menerbitkan berita. Tentu saja mereka setelah dipanggil ke gedung putih menanggapi hal ini dengan serius dan beberapa menolak keputusan Donald Trump dan mengaku tak pernah membuat berita murahan seperti yang dituduhkan presiden Donald Trump dan meramalkan keputusan presiden Donald Trump membuat ajang seperti ini tidak berpengaruh di masyarakat.
Seperti apa kelanjutannya kita tunggu kabar tergreget barunya dalam waktu dekat ini. Beberapa yang dianggap berita 'sampah' menurut presidenDonald Trump antara lain adalah:
Administrasi Trump
Pada bulan Desember 2017, hanya satu bulan yang lalu, Administrasi Trump mengeluarkan jurus Strategi Keamanan Nasional. Dalam dokumen tersebut, Administrasi mengabarkan akan ada perubahan iklim cukup serius sebagai ancaman keamanan nasional A.S. Langkah ini secara langsung bertentangan dengan temuan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa. Pada bulan April 2017, Dewan Keamanan U.N menegaskan bahwa perubahan iklim adalah "isu keamanan utama." Temuan Administrasi Truf juga secara langsung bertentangan dengan temuan Panel Antarpemerintah untuk Perubahan Iklim (IPCC) U.N. Laporan IPCC disusun oleh ratusan ilmuwan dan ditinjau ribuan kali lagi, dan isyu ini ini mengenai perubahan iklim sebagai ancaman terhadap makanan, keamanan, dan kehidupan manusia.
James Damore, Penulis Google Memo
Agustus lalu, Gizmodo membocorkan sebuah memo sebanyak 10 halaman yang ditulis bersama mantan insinyur Google James Damore, yang berjudul "Room Echo Ideologis Google." Mereka menyebutnya sebagai "anti-diversity screed," yang akan menyebabkan Damore dipecat (dan sebuah gugatan selanjutnya). Memo tersebut membuat sejumlah klaim. Sebagian besar, berisikan kita di sini tidak untuk melakukan perdebatan, melainkan kita dapat mempertimbangkan ilmu pengetahuan di balik kalimat ini: "Distribusi preferensi dan kemampuan pria dan wanita berbeda, sebagian karena penyebab biologis dan perbedaan ini dapat menjelaskan mengapa kita tidak melihat keterwakilan wanita yang sama dalam bidang teknologi dan kepemimpinan."
Menurut Laporan Keragaman 2017 Google, 31 persen staf Google adalah wanita, dan 69 persen adalah laki-laki. Pada tahun 2014, 30 persen diisi oleh kaum perempuan, dan 70 persen adalah laki-laki. Menurut Donald Trump hal ini bukanlah hal yang perlu diberitakan dan diperdebatkan karena jumlah perempuan bekerja disatu tempat tidaklah mewakilkan peran dan posisi perempuan secara keseluruhan.
Ajit Pai, Ketua FCC
Ajit Pai terkenal karena memperjuangkan pencabutan netralitas yang bersih (kalau disini mungkin dikenal dengan Internet sehat), yang merupakan istilah yang diciptakan oleh Tim Wu, seorang profesor hukum media Universitas Columbia. Intinya, netralitas bersih menegaskan bahwa penyedia layanan internet (ISP) harus memperlakukan semua data dengan sama - bahwa mereka tidak dapat membebankan pengguna lebih banyak untuk mengakses konten atau aplikasi tertentu; bahwa mereka tidak dapat mempercepat atau memperlambat situs atau aplikasi tertentu.
Dalam pernyataan resminya, Pai mengatakan bahwa pencabutan netralitas yang bersih akan "membawa akses internet yang lebih cepat, lebih baik, dan lebih murah ke semua penduduk Amerika." Namun, sementara langkah ini sesuai dengan keinginan banyak ISP, banyak ahli menyatakan bahwa hal itu akan hanya menguntungkan ISP dan bahwa rata-rata orang Amerika justeru akan menderita karena ada batasan ini. Dalam artikel sebelumnya, Florian Schaub, seorang profesor di University of Michigan School of Information, mengatakan kepada laman Futurism bahwa tindakan tersebut benar-benar akan menghasilkan lebih sedikit layanan yang tersedia bagi konsumen: "Saya berharap konsumen dapat melihat penurunan layanan yang tersedia atau peningkatan biaya, dan penyedia konten yang terfilter dan layanan online harus masuk ke dalam kesepakatan yang mahal dengan ISP. "Demikian pula, Aram Sinnreich, seorang profesor di American University School of Communication, mengatakan kepada laman Futurisme bahwa visi Pai tentang masa depan tidaklah sesuai dengan kenyataan. : "Tanpa netralitas netral yang diberlakukan federasi, penyedia layanan internet tidak hanya bisa diberdayakan, namun mereka seharusnya yang bertanggung jawab dan secara aktif untuk melakukan pengawasan, filterisasi, diskriminatif atas lalu lintas internet yang mereka bawa. Apa ini disebabkan karena persaingan, harga lebih tinggi, dan insentif yang lebih rendah untuk berinovasi atau memperbaiki layanan hanya mereka yang tahu.
Jill Stein (dan Aktivis Anti-GMO Lainnya)
Anda mungkin ingat Jill Stein sebagai calon Partai Hijau untuk pemilihan Presiden 2016 lalu. Menurut situs web kampanyenya, dia meminta moratorium transgenik dan pestisida sampai "penelitian independen yang bebas dari pengaruh industri menunjukkan secara meyakinkan bahwa transgenik tidak berbahaya bagi kesehatan manusia atau kesehatan ekosistem kita."
Tanaman dan embrio yang dimodifikasi secara genetik bersama-sama adalah topik yang hangat dan menjadi bahan perdebatan. Haruskah kita membuat versi organisme alami kita sendiri? Jawabannya tidak mudah, dan bertolak belakang daro apa yang pernah dikatakan Jill Stein, misalnya, dia terkenal menyatakan bahwa GMO tidak membantu mengakhiri kelaparan dunia. Plin-plan.
Padahal untuk membuktikan penyataan Jill Stein, seperti yang dilaporkan oleh National Academy of Sciences, pihak GMO harus menguji dan membuktikannya terlebih dahulu dan mempelajari secara hati-hati, karena memiliki potensi yang luar biasa dan, pada akhirnya, pernyataan Jill Stein membuat rasa tidak aman dan menimbulkan kecemasan manusia secara global.
Tulisan ini juga terbit di : Kaskus
Post a Comment